KATA PENGANTAR
Dengan menucapkan syukur
Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun, menyesuaikan, serta dapat
menyelesaikan sebuah makalah yang amat sederhana ini. Di samping itu, kami
mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yan telah banyak membantu kami
dalam menyelesaikan pembuatan sebuah makalah ini, baik dalam bentuk moril
maupun dalam bentuk materi sehinggadapat terlaksana denan baik. Kami, sangat
menyadari sepenuh nya bahwa makalah kami ini memang masih banyak terdapat
kekurangan serta amat jauh dari kata kesempurnaan. Namun, kami semua telah
berusaha semaksimal mungkin dalam membuat sebuah makalah ini. Di samping itu,
kami sangat mengharapkan kritik serta saran nya dari semua rekan-rekan demi
tercapai nya kesempurnaan yang di harapkan di masa akan datang.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………..............…………………………………………………….......................
DAFTAR
ISI………………………….....................……………..…………………………………………..................
BAB 1.
PENDAHULUAN
1,1. Latar belakang………………………………....................………………………………...……..................
1,2. Rumusan
masalah……………………………………………..................………………..….................….
1,3. Maksud dan tujuan
…………………………………………..……………….................….....................
BAB 2. PEMBAHASAN
2,1. Tanggung jawab ilmuan muslim…………………...............…............................................
2,2. Kedudukan ilmuan dalam
islam...................................................................................
2,3. Kewajiban menuntut ilmu................................................................................................
BAB 3.
PENUTUP
3,1.
penutup.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..…....................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam
al-Quran Surat AlMujadalah ayat 11 dikemukakan: “ Alloh akan mengangkat derajat
orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat ” mengilhami
kepada kita untuk serius dan konsisten dalam memperdalam dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Beberapa tokoh penting (ilmuwan) dalam sejarah Islam jelas menjadi
bukti janji Alloh s.w.t akan terangkatnya derajat mereka baik dihadapan Allah
Maupun Sesama Manusia.
1.2
Rumusan masalah
1.apa
saja tangung jawab ilmuan muslim?
2.
bagaimana kedudukan ilmuan dalam islam?
3.
mengapa wajib menuntut ilmu?
1.3
Maksud dan tujuan
Untuk
mengetahui apa saja tanggung jawab ilmuan muslim dalam berbangsa dan bernegara
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanggung jawab ilmuan muslim
1. Banyak
ilmuwan muslim (terutama dalam hal ini yang akan dibahas adalah berkaitan
dengan ilmuwan muslim di bidang sosial) yang tidak memiliki komitmen terhadap
agama Islam.
Ilmuwan tersebut menghabiskan hari-harinya dan bahkan hidupnya untuk
mempelajari dan mengkaji ilmu yang disenangi, menarik hati dan mungkin pula
memperoleh ketenaran serta mendapatkan banyak uang, tapi tidak berminat atau
kurang sekali minatnya untuk mengkaji Islam (Al-Quran dan Sunnah) yang
berkaitan dengan ilmu yang digelutinya. Dalam sepekan belum tentu ada satu atau
dua jam waktunya diperuntukkan untuk menelaah Islam, yang seharusnya menjadi
pedoman hidupnya.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan ketika mendapati ayat-ayat Al-Quran atau
Hadits yang tidak sesuai dengan jalan pikiran atau ilmu yang dikuasai, maka
ayat dan hadits tersebut ditolak atau paling tidak diragukan kebenarannya.
Sebaliknya, paham atau konsep yang jelas-jelas bertentangan dan tidak dapat
dibandingkan dengan Islam seperti feminisme, sekularisme, humanisme,
liberalisme, postmodernisme, pluralisme dsb. malah dicari-carikan pembenaran
dan dukungan dari agama Islam.
2. Banyak
ilmuwan muslim yang berpikir dengan metode/cara berpikir orang barat yang
kafir.
Mereka
memisahkan antara agama dan akhirat, antara ilmu dan perilaku, antara ilmu dan
etika, antara agama dan ilmu, antara individu dan masyarakat nantara agama
dengan sosial atau negara. Hal ini disebabkan karena mereka asal ikut saja
terhadap pendapat yang dikatakan oleh pakar dari barat. Akibatnya mereka tidak
akan dapat melebihi orang barat. Mereka akan selalu tergantung dengan barat
serta pola berpikirnya. Apa-apa yang tidak sesuai dengan cara berpikir orang
barat akan dikritik, diragukan atau bahkan ditolak.
3. Banyak
ilmuwan yang tidak paham sejarah barat dan sejarah pemikiran orang-orang besar.
Semestinya orang yang belajar sains
sosial memahami mengapa timbul teori atau ide dari para ahli sosial zaman
dahulu sejak zaman Yunani, sampai sekarang. Ingat bahwa pendapat sesorang pasti
berkaitan dengan:
- Teologi agama Kristen di Barat
- Peran gereja di masyarakat pada masa
itu
- Perang antar negara
- Kolonialisme
- Kebutuhan sosial masyarakat pada masa
itu.
4. Karena
tidak paham sejarah barat, banyak ilmuwan yang terjebak cara berpikir orang
barat.
Misalnya,
banyak orang amat menyukai atau positivisme, reduksionisme, behaviorisme.
Sebaliknya ada juga yang amat tidak suka dengan positivisme, sebagai gantinya
mereka menganut hermeneutika atau kontruktivisme dll, sehingga semuanya
dianggap relatif, tidak ada kebenaran absolut, bahkan manusia tidak mungkin
memahami kebenaran atau kebenaran itu sendiri tidak ada. Namun mereka tidak
paham mengapa timbul aliran-aliran tersebut dan latar belakang aliran pemikiran
tersebut. Paham seperti humanisme, relativisme, dsb. telah menjadi anutan dan
patokan mereka. Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, sebagian ilmuwan muslim
tidak menyadari pola pikirnya telah terjebak dan tersumbat dengan paham-paham
sesat dari barat tersebut.
5. Banyak
ilmuwan muslim tidak paham konsep pandangan dunia (worldview), asumsi
hakikat manusia maupun nilai-nilai sosial budaya barat.
Nilai-nilai
sosial budaya barat itu sendiri meliputi: tujuan hidup manusia, apa yang
disebut manusia sukses, berguna dan baik, apa yang disebut masyarakat yang
baik, dsb. Hal ini menyebabkan mereka hanya mengekor saja apa yang dikatakan
atau ditulis orang barat. Banyak orang terpesona dan terkagum-kagum dengan
"kemajuan" barat. Barat dianggap identik dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, ekonomi, pendidikan, kesehatran, kebebasan dan
demokrasi.
Namun jangan lupa, untuk meraih itu semua, barat harus menguras habis sumber
daya yang dimiliki masyarakat lain sejak zaman dulu (kolonial) hingga sekarang,
dengan perusahaan multi nasional (MNC) nya. Disamping itu, problem internal
masyarakat barat semakin akut dan kronis. Meningkatnya jumlah orang yang
depresi, stres, bunuh diri, pembunuhan, perampokan, pnyalahgunaan obat-obatan,
pemerkosaan, perceraian, anak lahir di luar nikah, gay, lesbian dan semua
penyakit sosial lain yang mengarah pada kehancuran peradaban dan masyarakat
baat itu sendiri. Gereja-gereja semakin ditinggalkan, beralih pada fan lun
gong, new age, spiritualisme, aliran pemuja setan, sinkretisme serta
menciptakan agama-agama baru sesuai selera mereka sendiri.
6. Akhirnya
banyak ilmuwan muslim yang tidak peduli apakah ilmu yang digelutinya ini
benar/salah, sesuai dengan ajaran Islam/tidak.
Menurut metode pendidikan model barat,
tidak layak seorang ilmuwan memberikan penilaian benar atau salah terhadap apa
yang dipelajarinya. Ilmuwan hanya menjelaskan fenomena yang terjadi atau konsep
dan teori yang ada atau melakukan tinjauan kritis terhadapnya dan kemudian bila
mampu, membangun pendapatnya sendiri. Namun tentang standar mana yang benar
atau salah tergantung darimana menentukannya. Tidak ada kebenaran absolut. Apa
yang dianggap benar dan baik pada suatu saat, dapat dianggap salah dan tidak
baik di saat yang lain. Oleh karena itu, ilmuwan muslim yang mengikuti pola
pikir ilmuwan barat tidak menyadari atau tidak mau mengakui bahwa seharusnya
mereka memberikan penilaian dengan menggunakan standar atau patokan agama Islam,
mana yang benar dan yang mana yang salah. Ilmuwan muslim harusnya memberikan
penerangan kepada semua orang tentang apa yang benar dan apa yang salah dan
selalu berusaha melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi
dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi
juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan
teknologi harus diperhatikan sebaik – baiknya. Dalam filsafat penerapan
teknologi meninjaunya dari segi aksiologi keilmuan.
Adapun salah satu sendi masyarakat modern adalah ilmu dan teknlogi. Kaum
ilmuwan tidak boleh picik dan menganggap ilmu ilmu dan teknologi itu alpha dan
omega dari segala-galanya, masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain yang
menyangga peradaban manusia yang baik. Demikian juga masih terdapat
kebenaran-kebenaran lain di samping kebenaran kebenaran keilmuan yang
melengkapi harkat kemanusiaan yang hakiki. Namun bila kaum ilmuwan konsekuen
dengan pandangan hidupnya, baik secara intelaktual maupun secara moral, maka
salah satu penyangga masyarakat modern itu kan berdiri dengan kukuh. Berdirinya
piral penyangga keilmuan ini merupakan tanggung jawab social seorang ilmuan.
Kita tidak bisa lari padanya sebab hal ini merupakan bagian dari hakikat ilmu
itu sendiri. Biar bagaimanapun kita tidak akan pernah bisa melarikan diri dari
diri kita sendiri.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa seorang
ilmuwan muslim mempunyai tanggung jawab, dan ia akan dimintai pertanggung
jawaban atas ilmu yang dimilikinya. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الأَسْلَمِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ» (رواه الترمذي، وقال : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ [2417])
Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak bergeser kedua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ia
ditanya tentang umurnya; dalam hal apa ia menghabiskannya, tentang
ilmunya; dalam hal apa ia berbuat, tentang hartanya; dari mana ia
mendapatkannya dan dalam hal apa ia membelanjakannya, dan tentang pisiknya;
dalam hal apa ia mempergunakannya”. (HR At-Tirmidzi, dan ia berkata: “Ini
hadits hasan shahih”, hadits no. 2417).
Bagaimana cara mempertanggung jawabkan
ilmu?
DR. Yususf Al-Qaradawi menjelaskan ada
tujuh sisi tanggung jawab seorang ilmuwan muslim, yaitu:
1. Bertanggung
jawab dalam hal memelihara dan menjaga ilmu, agar ilmu tetap ada (tidak
hilang),
2. Bertanggung
jawab dalam hal memperdalam dan meraih hakekatnya, agar ilmu itu menjadi
meningkat,
3. Bertanggung
jawab dalam mengamalkannya, agar ilmu itu berbuah,
4. Bertanggung
jawab dalam mengajarkannya kepada orang yang mencarinya, agar ilmu itu menjadi
bersih (terbayar zakatnya),
5. Bertanggung
jawab dalam menyebarluaskan dan mempublikasikannya agar manfaat ilmu itu
semakin luas,
6. Bertanggung
jawab dalam menyiapkan generasi yang akan mewarisi dan memikulkan agar mata
rantai ilmu tidak terputus, lalu, terutama, bahkan pertama sekali
7. Bertanggung
jawab dalam mengikhlaskan ilmunya untuk Allah SWT semata, agar ilmu itu
diterima oleh Allah SWT.
2.2. Kedudukan ilmuwan dalam islam
Dalam
al-Quran Surat AlMujadalah ayat 11 dikemukakan: “ Alloh akan mengangkat derajat
orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat ” mengilhami
kepada kita untuk serius dan konsisten dalam memperdalam dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Beberapa tokoh penting (ilmuwan) dalam sejarah Islam jelas menjadi
bukti janji Alloh s.w.t akan terangkatnya derajat mereka baik dihadapan Alloh
Maupun Sesama Manusia
Dalam
lapangan kedokteran ilmuwan Muslim yang sangat terkenal, antara lain Abu ali Al
Husain bin Abdullah bin Sina (Ibn Sina) atau Avicenna (980-1037) dan diberi
julukan sebagai the prince of physician yang juga dikenal sebagai Filsuf besar,
termasuk Al Farabi (870-950) yang juga memiliki keahlian dalam lapangan logika,
politik dan ilmu jiwa (Abuddin: 150-151) dan masih banyak lainnya, menunjukkan
pada umat Islam tingginya kedudukan mereka di kalangan umat Islam hingga
menembus umat di luar Islam. Semuanya sebagai konsekwensi logisdari ‘ilm’ yang
mereka miliki.
DR Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al Munir
nya memaknai kata ‘darajaat’ (beberapa derajat) dengan beberapa derajar
kemuliaan di dunia dan akhir
at. Orang ‘alim yang beriman akan
memperoleh fahala di akhirat karena ilmunya dan kehormatan serta kemulyaan di
sisi manusia yang lain di dunia. Karena itu Alloh s.w.t meninggikan derajat
orang mu’min diatas selain mu’min dan orang-orang ‘ alim di atas orang-orang
tidak berilmu. (juz 28: 43)
Dalam perspektif sosiologis, orang yang
mengembangkan ilmu berada dalam puncak piramida kegiatan pendidikan. Banyak
orang sekolah/ kuliah tetapi tidak menuntut ilmu. Mereka hanya mencari ijazah,
status/gelar. Tidak sedikit pula guru atau dosen yang mengajar tetapi tidak
mendidik dan mengembangkan ilmu. Mereka ini berada paling bawah piramida dan
tentunya jumlahnya paling banyak. Kelompok kedua adalah mereka yang kuliah
untuk emnuntu ilmu tetapi tidak emngembangkan ilmu. Mereka ini ingin memiliki dan
menguasai ilmu pengetahuan untuk bekal hidupnya atau untuk dirinya sendiri,
tidak mengembangkannya untuk kesejahteraan masyarakat. Kelompok ini berada di
tengah piramida kegiatan pendidikan. Sedangkan kelompok yang paling sedikit dan
berada di puncak piramida adalah seorang yang kuliah dan secara
bersungguh-sungguh mencintai dan mengembangkan ilmu. Salah satunya adalah dosen
yang sekaligus juga seorang pendidik dan ilmuwan. (Tobroni:36)
Keutamaan orang ‘alim (ilmuwan) dibanding lainnya diperkuat oleh hadist Nabi dari Mu’adz;
Keutamaan orang ‘alim (ilmuwan) dibanding lainnya diperkuat oleh hadist Nabi dari Mu’adz;
“Keutamaan orang ‘alim atas hamba
(lainnya) adalah seperti kelebihan bulan purnama atas bintang-bintang” H.R Abu
Daud, Turmudzi, Nasa’i , dan Ibn hibban.
Dan Hadist riwayat Ibnu Majah dari
Utsman r.a;
“ Tiga golongan orang yang ditolong di
hari kiamat; yaitu para Nabi kemudian ‘Ulama kemudian syuhada”. (Ihya’: 17)
Penjelasan
al Quran , Hadist maupun fakta di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa
kedudukan ilmu dan ilmuwan begitu tinggi dan mulya di hadapan Alloh dan
hamba-hambaNya. Jika umat Islam menyadari dan memegang teguh ajaran agamanya
untuk menjunjung tingi ilmu pengetahuan , maka pasti dapat di raih kembali
puncak kejayaan Islam sebagaimana catatan sejarah di abad awal Hijrah hingga
abad ke dua belas Hijrah, dimana umat dan Negara- negara Islam menjadi pusat
peradaban dunia.
2.3. Kewajiban menuntut ilmu
Dari
Anas ibn Malik r.a ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
“Menuntut
ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”
(HR. Ibn
Majah)
Pesan
terkandung:
·
Setiap orang Islam wajib menuntut ilmu, baik laki-laki
maupun perempuan, orang tua ataupun anak muda.
·
Ilmu yang harus dituntut adalah semua ilmu yang
berguna, yang mengajarkan kebaikan, baik itu ilmu-ilmu agama atau ilmu
pengetahuan umum.
·
Orang Islam harus menjadi orang pandai, bukan orang
yang bodoh.
·
Dengan ilmu orang akan mampu meraih cita-citanya, baik
di dunia sampai di akhirat.Sumber: Seri Hadis Rasulullah Untuk Anak 3, DR.
Ahmad Lutfi Fathullah, MA
1. Hadis-Hadis tentang kewajiban menuntut
ilmu
“Carilah
ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur.”
“segala
sesuatu yang ada jalannya dan jalan menuju surga adalah ilmu”(hr.dailany)
“orang yang paling utama diantara manusia adalah orang mukmin yang mempunyai
ilmu,dimana kalau dibutuhkan(orang)dia membawa manfaat /memberi petunjuk dan
dikala sedang tidak dibutuhkan dia memperkaya /menambah sendiri
pengetahuannya”.(HR.baihaqi)
“Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke
negeri cina”.
Apabila
kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa
suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan,
untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari
kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan
segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah
kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad saw :
Artinya : “Menuntut ilmu adalah fardhu
bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”. (HR. Ibn Abdulbari).
Dari
hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar
menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan
jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa
segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan
dangan ‘aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan
segala kebutuhan hidup.
Nabi Muhammad saw.bersabda
: مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya : “Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR.Bukhari dan Muslim)
Artinya : “Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR.Bukhari dan Muslim)
Islam
mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk
menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia,
agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia
ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt.
Rasulullah Saw., bersabda: مٍطَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ “
Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap
orang Islam” (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi,
dari Anas bin Malik)
Oleh
karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa ‘arab, ilmu
sains seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah
termasuk dalam ilmu yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah
dikatakan tidak perlu kerana ia adalah daripada ilmu fardhu kifayah. Begitu
juga dengan ilmu berkaitan tarekat ia adalah sunat dipelajari tetapi perlu
difahami bahawa yg paling aula (utama) ialah mempelajari ilmu fardhu ‘ain
terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu ‘ain adalah suatu dosa kerana ia
adalah perkara yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan dan mempelajari ilmu
selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak dituntuti, walau bagaimanapun
mempelajarinya amat digalakka Ilmu yang diamalkan sesuai dengan
perintah-perintah syara’. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya
wajib ‘ain dan adakalnya wajib kifayah. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum
mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu
tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib ‘ain dipelajari oleh
mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan ‘aqidah yang wajib
dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan
haji.
2.
Tujuan Menuntut Ilmu
Tuntutlah
ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan
bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)
Dilihat dari segi ibadat, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, Nabi Muhammad SAW bersabda ; Artinya : “Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka pahalanya lebih baik daripada ibadat satu tahun”.
Dalam
hadist lain dinyatakan :
Artinya : “Barang siapa yang pergi untuk
menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang
menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”.
Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi
nilainya dilihat dari segi ibadat?. Karena amal ibadat yang tidak dilandasi
dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, akan sia-sialah amalnya.
Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini
menyatakan : Artinya : “Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadat)
tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pertama,
Islam adalah agama yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan. Penghargaan ini dapat dibuktikan dalam ajarannya yang
memerintahkan seluruh umatnya untuk menuntut ilmu
Kedua,
Alloh s.w.t dalam Firmannya berjanji akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan jauh lebih tinggi di banding orang-orang yang
tidak beriman dan berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat kemuliaan baik di
dunia maupun di akhirat
Ketiga,
Kunci utama meraih kesuksesan di dunia dan akhirat adalah iman dan ilmu
pengetahuan. Kemajuan dan bahkan martabat bangsa dan Negara sangat ditentukan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan manusianya.
Keempat, Iman dan ilmu pengetahuan
adalah dua hak yang tidak terpisahkan.
B. SARAN
Dengan adanya
makalah ini diharapkan para pembaca memahami bagaimana mengetahui tanggung
jawab ilmuan muslim. Selain itu, para pembaca juga diharapkan mampu memahami
bagaimana kedudukan dan kewajiban ilmuwan dalam masyaraka,umat dan bangsa..
Akan tetapi makalah kami masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran
dari pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan makalah kami berikutnya
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hadisaputra ihsan .1981.Anjuran untuk
Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannya . Surabaya ; Al – Ikhlas
Http:\\www.geocities.com\broadway\4516\
http://heri14yulianto.blogspot.com/2013/06/
-http://mindaudahedu.wordpress.com/2012/05/23
http://inafauzia95.blogspot.co.id/2015/05/tanggung-jawab-ilmuwan-muslim-dalam.html/7:07/05/04/2018
Komentar
Posting Komentar
Hallo kak, terimakasih sudah membaca, yuk tinggalkan jejak dengan komentar positif ya, semoga hari kk menyenangkan:)